Senin, 19 Agustus 2013

Hutang Pihutang (perjanjian-perjanjian pembayaran dan jaminan hypotik)



Judul                          : Hutang Pihutang (perjanjian-perjanjian pembayaran dan jaminan hypotik)
Pengarang                  : Hartono Soerjopratiknjo, S.H.
Penerbit                      : PT. Mustika Wikasa

DAFTAR ISI

BAB I             PERJANJIAN HUTANG PIHUTANG
1.      Pengertian dan ketentuan umum
2.      Apakah perjanjian kredit
3.      Sifat Hukum dari hubungan rekening Koran
4.      Bagaimana akibat pembukuan dalam rekening Koran
5.      Definisi di dalam Burglijk wetboek
6.      Pinjam meminjam uang dan klausula emas
7.      Penyerahan dan perjanjian pendahuluan
8.      Risiko pada perobahan nilai mata uang
9.      Arrest mark is mark
10.  Kewajiban-kewajiban orang yang meminjamkan
11.  Kewajiban-kewajiban orang yang meminjam
12.  Bunga atas pinjaman
13.  Bunga yang tidak diperjanjikan
14.  Bunga menurut undang-undang
15.  Bunga yang diperjanjikan
16.  Yurisprudensit Mahkamah Agung tanggal 9 April 1981 No. 1477 K/Sip./1980 Ganti rugi
17.  Pengakuan hutang tanpa sebab
18.  Pengakuan hutang
19.  Pilihan hukum dan pilihan yurisdiksi
BAB II                        PEMBAYARAN
1.      Siapa wenang membayar
2.      Pembaharuan hutang atau novasi
3.      Syarat untuk pembaharuan hutang
4.      Akibat dari pembaharuan hutang
5.      Pengoperan atau pengalihan hutang
6.      Penyerahan dan pengalihan hutang
7.      Perlindungan sessionaris oleh pasal 1873 BW. (contra acte)
8.      Dua kemungkinan subrogasi kontraktuil
9.      Terikat secara pribadi dan terikat secara kebendaan
BAB III          JAMINAN HYPOTIK
1.      Hypotik
2.      Tidak dapat dibagi-bagi
3.      Asas assessoritas
4.      Barang yang dapat dijadikan benda hypotik
5.      Tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang-piutang
6.      Wewenang pemberi hypotik
7.      Titelonderzoek (penyelidikan mengenai alas hak)
8.      Kewenangan melakukan perbuatan hak milik (Beschikkings Bevoegdheid)
9.      Wewenang karena jual-beli
10.  Penyelidikan mengenai alas hak
11.  Wewenang dari ‘rechtsvoorganger’ dari si pemberi hypotik
12.  Wewenang pemberi hypotik berhubung dengan janji-janji yang ada daya-kerja pribadi (koopoptie atau opsi jual-beli)
13.  Wewenang pemberi hypotik yang memperoleh sesuatu karena hibah
14.  Wewenang pemberi hhypotik yang memperoleh dari warisan
15.  Wewenang legataris
16.  Wewenang dari ahli waris
17.  Faillissement (kepailitan)
18.  Ketidak-cakapan berbuat dari pemberi hypotikk
19.  Orang gila yang tidak ‘handelingsonbekwaam’
20.  Wewenang orang yang kawin
21.  Terjadinya hypotik
22.  Hypotik untuk menjamin hutang yang belum ada
23.  Hypotik untuk menjamin pinjaman yang sudah dijanjikan tapi belum diberikan
24.  Hypotik untuk menjamin hutang dengan kredit yang berjalan, Hypotik kredit
25.  “Bank Hypotheek” (Hypotik bank)
26.  Trusthypotheek, hypotik pada pengeluaran pinjaman obligasi
27.  Hypotik atas benda yang akan ada (Toekomstig)
28.  Janji-janji yang dimuat di dalam akte hypotik
29.  Janji-janji yang dikenal undang-undang
30.  Janji menjual atas kuasa sendiri
31.  Pendapat terbatas mengenai ‘janji penjualan langsung’ (parate executie)
32.  Janji Sewa (huurbeding)
33.  Kekurangan pada pengaturan mengenai huurbeding
34.  Pengamanan terhadap kemerosotan harga
35.  Perubahan bentuk atau tujuan peruntukan
36.  Fungsi dari nilai lebih (overwaarde)
37.  Janji asuransi (assurantiebeding)
38.  Janji tidak mengadakan pembersihan
39.  Formalitas yang harus diperhatikan untuk adanya pembersihan
40.  Pemindahan hak hypotik
41.  Peralihan tagihan hypothecaire dengan alas hak khusus
42.  Penyerahan tagihan atas nama (cessie)
43.  Penggadaian dan penjualan tagihan hypothecaire
44.  Subrogasi
45.  Perbedaan antara subrogasi dan sessie
46.  Subrogasi dalam macam-macam situasi
47.  Pemindahan hypotik-bank dan hypotik-kredit
48.  Hak verhaal dari borg pada hypotik-bank
49.  Beralihnya hak hypotik dengan alas hak umum
50.  Hypotik atas barang yang bukan milik debitur
51.  Persetujuan garwa lainnya
52.  Perbandingan antara hypotik yang diadakan atas benda debitur dan hypotik yang diadakan atas benda pihak ketiga
53.  Penghati-hati yang harus dilakukan apabila akan ada pengalih tanganan benda yang dibebani hypotik
54.  Pengambil alihan hutang pada pengalih tanganan benda jaminan
55.  Kedudukan hukum derdebezitter terhadap debitur hypothecaire
56.  Perbedaan antara hak atas ganti rugi dari derdebezitter sendiri dan hak atas ganti rugi yang disubrogasikan
57.  Legaat dari suatu benda yang diberati dengan hypotik
58.  Tagihan-tagihan pihutang dalam warisan
59.  Hutang dalam warisan
60.  Siapa ikut mengadakan pemisahan
61.  Sifat dari pemisahan
62.  Hutang warisan
63.  Barang dalam warisan yang dibebani hypotik
64.  Ketentuan mengenai asas keadilan
65.  Legataris dan hutang warisan
66.  Sifat haknya legataris
67.  Kedudukan legataris sebagai orang yang memegang hak tagih
68.  Uitwinning dari benda yang dibebani hypotik
69.  Syarat untuk uitwinning
70.  Alas hak eksekutorial dari pemegang hypotik
71.  Tiga bentuk cara eksekusi yang paling banyak dibuat
72.  Menentukan jumlah tagihan pemegang hypotik jika ada eksekusi hypotik kredit dan hypotik-bank
73.  Eksekusi oleh pemegang hypotik berdasarkan janji ‘penjualan langsung’ ( eigenmachtig verkoop )
74.  Pembayaran harga pembeliannya
75.  Pembersihan hypotik yang melampaui harga jual
76.  Kompensasi dengan sisa eksekusi, kedudukan pemegang hypotik yang lebih rendah
77.  Kompensasi dengan sisa eksekusi, kedudukan pembeli
78.  Penjualan di bawah tangan oleh pemegang hypotik
79.  Komplikasi pada penjualan berdasarkan janji penjualan langsung (eigenmachtig verkoop)
80.  Sifat hukum dari penjualan berdasarkan pasal 1178 BW
81.  Pengosongan setelah penjualan berdasarkan janji ‘penjualan langsung’ (eigenmachtig verkoop)
82.  Penjualan suatu benda hypotik dikarenakan adanya sitaan
83.  Penjualan benda hypotik dalam kepailitan si pemberi hypotik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar